Langkahku sunyi, bayangmu menari,

Di setiap sudut ruang memori.

Tanganmu hangat, api yang memudar,

Namun cintaku kekal takkan terbakar.

Malam menyulam rinduku yang hening,

Kau hadir di angan yang terus genting.

Seakan waktu enggan untuk pergi,

Meninggalkan cinta yang abadi.

Rindu ini meretas angkasa,

Menjelma bintang, takkan sirna.

Kenanganmu laksana mentari,

Menghangatkan hati yang sunyi.

Kau tetap hidup dalam dadaku,

Mengisi ruang yang takkan layu.

Meski ragamu bagai senja tenggelam,

Cintaku tetap bertahan dalam malam.

Waktu berlayar di arus berubah,

Namun indahmu tetap takkan punah.

Hingga nanti kita menyatu,

Di batas semesta yang tak berpintu.

Setiap detik seperti cermin retak,

Memantulkan kita yang dulu utuh.

Namun senyummu bagai bulan purnama,

Menyinari jiwa yang rapuh.

Angin berbisik membawa suaramu,

Seperti melodi yang tak pernah berlalu.

Di kesunyian kau tetap bernyawa,

Hidup dalam doa yang tak henti tercipta.

Rindu ini meretas angkasa,

Menjelma bintang, takkan sirna.

Kenanganmu laksana mentari,

Menghangatkan hati yang sunyi.

Kau tetap hidup dalam dadaku,

Mengisi ruang yang takkan layu.

Meski ragamu bagai senja tenggelam,

Cintaku tetap bertahan dalam malam.

Waktu berlayar di arus berubah,

Namun indahmu tetap takkan punah.

Hingga nanti kita menyatu,

Di batas semesta yang tak berpintu.

Malamku berselimut doa rindu,

Mengantar cinta ke langit biru.

Kita dipisah oleh tabir surga,

Namun hatiku tetap setia.

Kau tetap hidup dalam dadaku,

Mengisi ruang yang takkan layu.

Meski ragamu bagai senja tenggelam,

Cintaku tetap bertahan dalam malam.

Waktu berlayar di arus berubah,

Namun indahmu tetap takkan punah.

Hingga nanti kita menyatu,

Di batas semesta yang tak berpintu.

Kau tetap hidup dalam dadaku,

Mengisi ruang yang takkan layu.

Meski ragamu bagai senja tenggelam,

Cintaku tetap bertahan dalam malam.

Waktu berlayar di arus berubah,

Namun indahmu tetap takkan punah.

Hingga nanti kita menyatu,

Di batas semesta yang tak berpintu.