(Verse 1)
Mentari menyapa dari ufuk timur
Angin membawa pesan bisikan lembut
Ku rangkul pagi dengan hati tak bergegas
Merasa cukup hanya dengan napas yang bebas
(Pre-Chorus)
Di dunia yang berlomba, aku memilih melambat
Nikmati detik demi detik, tanpa perlu cepat
(Chorus)
Kadang hanya butuh segelas kopi di tangan
Tenangkan rasa, biarkan waktu berjalan
Saat hidup terasa pahit dan tak menentu
Ku teguk perlahan, pahitnya jadi teman syahdu
(Verse 2)
Dalam hiruk pikuk yang terus berputar
Kulewati hari tanpa gusar
Menyaksikan daun gugur dan angin berhembus
Ku tahu hidup ini tak perlu selalu berakhir mulus
(Pre-Chorus)
Aku biarkan dunia berlomba di luar sana
Sedangkan di sini, ku nikmati sunyi yang fana
(Chorus)
Kadang hanya butuh segelas kopi di tangan
Tenangkan rasa, biarkan waktu berjalan
Saat hidup terasa pahit dan tak menentu
Ku teguk perlahan, pahitnya jadi teman syahdu
(Bridge)
Dalam hening, ku resapi makna sederhana
Bahwa hidup ini tak perlu slalu berwarna
Ada keindahan di balik kesederhanaan
Seperti kopi hitam, tak perlu gula tuk beri ketenangan
(Chorus)
kadang hanya butuh segelas kopi di tangan
tenangkan rasa, biarkan waktu berjalan
Saat hidup terasa pahit dan tak menentu
Ku teguk perlahan, pahitnya jadi teman syahdu
(Outro)
Dan bila nanti waktu membawaku pergi
Ku tahu di setiap pahit, ada manis tersembunyi
Seperti tegukan terakhir di penghujung pagi
Hidup dan kopi hitam, keduanya mengajarkan arti